KANGEN

“Bak daun gugur tinggalkan ranting
tertiup, diombang-ambingkan desir
perlahan, sentuh lembab bersama kerikil
menatap ke langit…. kemudian terurai”

Kata yang terkadang sensitif jika diuraikan atau hanya sekedar diungkapkan, begitu mungkin menggambarkan tema malam-dini hari ini. Kita terkadang salah menanggapi kata "kangen" yang muncul. Kesalahan yang bermula dari salah dalam menarik benang "kangen" menuju simpul pangkal dan utama dari kata tersebut. Coba saya tanyakan terlebih dahulu kepada para pembaca, apa yang terlintas di pikiran anda ketika bertemu kata "kangen" ? Cinta, kasih, sayang itu kayaknya yang akan banyak dilontarkan, selain kata mellow, cupu, atau galau.

Manusia, dalam hakikat penciptaannya (terlepas dari menyentuh ranah kejiwaan), merupakan makhluk yang memiliki syaraf memorial yang luar biasa, seperti contohnya otak. Otak memiliki bermilyar-milyar sel syaraf memorial. Hal ini berguna bagi penjalanan fungsinya dalam menyimpan bermacam-macam data dan informasi. Dalam ilmu sains secara umum juga telah kita ketahui bahwa sebagian besar memori masa lalu kita tersimpan dalam otak, kenangan-kenangan masa lalu, pelajaran-pelajaran, dan sebagainya. Hal ini dimungkinkan mengingat semua stimulus rangsangan sensorik (penglihatan, raba, pendengaran, penciuman, dan perasa) serta motorik kita semuanya diakses dan diproses oleh otak terlebih dahulu, kecuali dalam praktik gerak refleks. Selain itu banyak penelitian juga mengatakan bahwa setiap sel dalam tubuh kita ini ternyata turut menyimpan informasi-informasi memorial, seperti halnya dalam gerak refleks.

Gerak refleks sebenarnya secara teori dikomunikasikan oleh syaraf sumsum tulang belakang tanpa diproses oleh otak. Namun, penentuan tindakan gerak refleks itu berdasarkan informasi yang tersimpan dalam masing-masing sel yang bekerja. Misalnya orang latah yang apabila dikagetkan dia secara refleks mengucapkan (maaf) kata-kata kotor atau sebaliknya mengucapkan kata-kata yang baik. Hal itu dikarenakan dia (lidahnya) terbiasa mengucapkan kata-kata itu. Sejalan dengan proses keterbiasaan itu maka sel-sel tubuhnya (terkhusus kasus ini, lidah) dengan secara otomatis menyimpan informasi-informasi tersebut.

Kembali kepada kata “kangen” / “rindu” yang sekarang menjadi tema utama. Kangen/rindu adalah buah dari efek adanya penyimpanan informasi-informasi memorial yang sudah sedikit saya uraikan di atas. Rasa kangen ini tercipta ketika kita, manusia (jadi maaf kepada pembaca yang merasa bukan manusia), merasa informasi-informasi memorial yang tersimpan baik dalam sel otak maupun sel tubuhnya hilang, atau mungkin lebih tepatnya berhenti diproses. Karena disini maksud saya bukan kehilangan seperti lupa ingatan tapi lebih ke arah “merasa kehilangan”. Ketika informasi-informasi yang sama yang biasa diproses oleh otak atau dikerjakan sel-sel tubuh sebagai motorik tidak lagi terlaksanakan. Kita lalu merasa ada kejanggalan tersendiri. Oleh karena itu tak jarang kita menemukan kasus seseorang merindukan hal-hal yang sebenarnya tidak baik.

Seperti halnya dua saudara yang terbiasa ribut dan bertengkar ketika mereka berjauhan / tidak lagi bersama akan ada kerinduan tersendiri pada pertengkaran mereka itu. Bukan karena rasa sayang mereka satu sama lain tentunya. Karena rasa sayang mereka tidak akan mengantarkan mereka untuk merindukan hal yang malah merusak rasa sayang itu sendiri. Bukan juga karena mereka tidak saling sayang atau malah saling membenci satu sama lain. Tapi kerinduan itu muncul akibat keterbiasaan. Keterbiasaan yang selama ini terjalankan oleh setiap sel tubuh mereka namun tidak dapat lagi dijalankan.

Saya tidak menyalahkan bahwa ada rasa rindu yang muncul akibat rasa sayang. Tentu amat banyak rasa rindu yang bermula dari rasa sayang. Dan jika diungkit lebih jauh juga akan bermuara pada keterbiasaan karena rasa sayang itu muncul dari keterbiasaan. Tapi yang perlu ditekankan adalah tidak selamanya rasa rindu itu muncul untuk sesuatu yang menyenangkan dan disayang. Karena pada mulanya rasa rindu berangkat dari keterbiasaan. Berawal dari ketidaktahuan kita tentang rindu, kita terkadang salah dalam merespon kata rindu itu.

Lalu setelah itu saya tanya kembali, apa yang terlintas ketika kita bertemu kata "kangen" ?

11 Februari 2011
dalam pembaringan
fajar bersembunyi di balik gelap angkasa